Selasa, 16 Agustus 2011

MEMAKNAI SABAR



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اصْبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali 'Imran [3]:200)


Dalam firman ini, ada suatu sikap dan perilaku yang istimewa dalam pandangan Allah SWT. Sifat tersebut adalah sabar.
Jaminan Allah SWT terhadap orang yang bersabar adalah akan dicukupkan pahala mereka dalam jumlah yang tak terbilang, sebagaimana firman-Nya, 

قُلْ يعِبَادِ الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُواْ فِي هَـذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

''SKatakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
'' (QS Az-Zumar [39]:10).

Syekh Salim Al-Hilali, pensyarah kitab Riyadhush Shalihinkarya Imam Nawawi, memaknai sabar dengan suatu sikap yang mampu mengendalikan diri dalam berbuat taat kepada Allah. Dari sini, akan sempurnalah kesabaran seseorang ketika memenuhi tiga unsur. Pertama adalah sabar dalam ketaatan. Dalam menjalani perintah-Nya, diperlukan pengabdian dan perjuangan yang luar biasa. Tuntutan dari sana sini mengharuskan kita istiqamah dan sabar untuk menjalaninya.
Unsur kedua adalah kesabaran dalam menghadapi kemaksiatan. Pendeknya, seorang Muslim dituntut menjauhi dan meninggalkan larangan dan kemaksiatan. Oleh karenanya Allah berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

 ''Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.'' (QS Muhamad [47]:31).
Ketiga adalah kesabaran dalam mendapati musibah. Ketetapan dan takdir Allah kepada hambanya tentu berbeda. Termasuk di dalamnya ujian dari Allah dalam kesengsaraan ataupun sesuatu yang ditakutkan serta tidak di inginkan. Ketika kita menghadapi hal tersebut, kita bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT tanpa keluh kesah, karena berprinsip semuanya datang dari Allah, dan Allah akan memberikan kepada hambanya dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar