Selasa, 13 September 2011

Pengantar Redaksi Buku “MENGAJI AL-HIKAM”


Jika “al-Hikam” disebut, barangkali yang pertama tebersit dalam benak Anda adalahal-Hikam Ibnu Athaillah. Karya itu memang memukau: kedalaman makrifat yang memikat dalam untaian mutiara kata-kata yang memesona. Maka, wajar, jika ia sangat tenar.
Namun, tahukah Anda, sebelum al-Hikam Ibnu Athaillah itu ditulis, bahkan jauh sebelum penulisnya lahir, telah ada karya al-Hikam lain, yaitu al-Hikam al-Ghautsiyyahyang ditulis Abu Madyan Syu‘aib ibn al-Husain al-Anshari (Abu Madyan lahir pada 520 H dan meninggal pada 594 H. Sementara—tidak ada catatan yang tegas—Ibnu Athaillah diperkirakan lahir pada antara 658 H dan 679 H. Jadi, lebih dari enam puluh tahun setelah kepergian Abu Madyan, baru lahirlah Ibnu Athaillah).
Kini, al-Hikam al-Ghautsiyyah telah berusia lebih dari delapan ratus tahun, dan dengan bangga kami menghadirkannya untuk Anda. Bila buku demikian bermutu, tak ada yang lama ataupun yang baru; yang ada, Anda belum tahu ….
Siapa Abu Madyan? Abu Madyan lahir di Cantillana—kota kecil berjarak sekitar tiga puluh dua kilometer dari Sevilla (Spanyol)—sebagai yatim. Sejak muda, ia telah tertarik dengan kajian Al-Quran dan tasawuf. Ia pun pergi ke Fes di Afrika Utara untuk berguru. Ia menemui Syekh Abu al-Hasan ibn Harzahim untuk mendalami Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn karya Imam al-Ghazali, menemui Abu al-Hasan Ali ibn Ghalib untuk mendalamial-Sunan karya Imam al-Tirmidzi, menemui Abu Abdillah al-Daqqaq dan Abu al-Hasan al-Salawi untuk mendalami tasawuf, dan guru-guru lainnya. Dari al-Daqqaq, Abu Madyan mendapatkan khirqah: jubah sufi sebagai simbol bahwa seseorang telah lulus dan diterima sebagai salik atau penempuh jalan ruhani. Pada perjalanan hidup selanjutnya, Abu Madyan menjadi salah satu sufi Andalusia  paling berpengaruh, melahirkan banyak murid yang lalu menjadi syekh, sehingga Abu Madyan dijulukiSyaikh al-Syuyûkh (mahaguru).
Dan, al-Hikam al-Ghautsiyah karyanya adalah di antara yang terpenting dalam kajian tasawuf. Paling tidak ada tiga karya yang mengulas (atau yang disebut dengan karyasyarh, ulasan): al-Bayân wal Mazîd al-Musytamil ‘alâ Ma‘âni al-Tanzîh wa Haqâ’iq al-Tawhîd karya Syekh Baisyan, al-Mawâd al-Ghaytsiyyah Syarh al-Hikam al-Ghautsiyyahkarya Syekh al-Alawi, dan terakhir adalah yang terjemahannya sekarang ada di tangan Anda, Syarh al-Hikam al-Ghautsiyyah karya Syekh al-Imam al-‘Allamah Syihabuddin Ahmad ibn Ibrahim al-Makki yang dikenal dengan Ibn ‘Ilan al-Shiddiq al-Syafi‘i (w. 1033 H). Di antara buku-buku ulasan lainnya, buku ini yang paling singkat tapi padat. Selain itu, Ibn ‘Ilan menjadikan al-Hikam al-Ghautsiyah berbobot. Ia kutip ayat Kitab Suci dan hadis Nabi untuk hikmah-hikmah terkait, membuatnya memiliki dasar yang kuat; tidak untuk mencari pembenaran, tapi untuk menguatkan kebenaran. Ibn ‘Ilan sendiri seorang tokoh sufi terkemuka pada masanya dan ulama yang produktif menulis, terutama tema tasawuf.
Kami merasa beruntung mendapatkan naskah Syarh al-Hikam al-Ghautsiyah yang telah ditelaah. Penelaahnya, Ahmad Farid al-Mazidi, meneliti kitab tersebut secara saksama: menyebutkan nama surah dan ayat Al-Quran, menakhrij (menyebut sumber riwayat) hadis-hadis, menjelaskan kata dan kalimat yang kurang dikenal artinya, memperkaya tema dengan kutipan-kutipan dari para ulama …. Semua itu membuat kami percaya diri mempersembahkan buku ini kepada Anda. Selamat menikmati. Selamat meniti hati untuk perubahan diri.
Salam takzim,
Juman Rofarif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar